
Acapkali Membantu Orang Tua Jualan Bakso Fitterianti Tetap Berprestasi
[page 2]
Pasang surut kehidupan yang dialami Fitri dan ketiga adiknya justru menjadi batu loncatan untuk bangkit. Berkah, kata yang berulang kali perempuan penyuka komik dan anime itu tuturkan.“Lakukan yang terbaik dalam hidup, yang terpenting berkah,” ujarnya saat ditemui di Masjid Al Wasilah IAIN Parepare, Selasa (10/3/20).
Nada tegas dan lantang terekam jelas. Bangga atas pekerjaan dan perjuangan orang tua. Didikan untuk disiplin kian membuatnya memahami akan pentingnya waktu. Seperti kata pepatah, buah jatuh takkan jauh dari pohonnya. Petuah demi petuah, ia tanamkan dalam diri.
“Satu yang selalu na sampaikan bapakku. Kita ini orang luar, bukan orang di sini. Jangan mau ikut-ikutan. Kamu yang lebih tahu temanmu nantinya. Jaga diri, dan jangan bikin malu,” tuturnya dengan sorot mata penuh keyakinan.
Matahari terus berputar, mengelilingi poros bumi tiada henti. Senja dan fajar datang silih berganti. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Perihal aksara milik-Nya ini menjadi genggaman manis untuk makhluk-Nya. Tak ada ingkar bagi jiwa yang paham untaian makna yang tersirat di dalamnya. Sama halnya dengan keteguhan dan keuletan si kacamata berkulit sawo matang itu, perempuan khas Indonesia.
Fitri percaya dengan naskah yang dituliskan oleh Sang Maha Sutradara kehidupan yang hakiki. Dialah Sang Khalik, penentu kisah kehidupan. Allah SWT. Sutradara terbaik dengan skenario yang tak akan pernah mudah ditebak oleh siapapun. Semuanya hanya bisa berencana, tapi tidak bisa menentukan kisah selanjutnya. Hanya bisa menjadi aktris atau aktor dari sebuah naskah. Doa dan usahalah menjadi penawar luka.
Mantan paskibra ini membenarkan, ridha orang tua menjadi kunci kesuksesan. Bahkan, ia rela memilih mundur dari sebuah organisasi internal kampus atas keinginan orang tuanya. Hal ini juga menjadi bukti patuhnya.
Terbukti, ia berhasil meraih Indeks Prestasi Komulatif (IPK) di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Parepare. Menjadi mahasiswa berprestasi dengan IPK 3,97 tak lantas membuatnya berbangga diri. Fitri menganggap itu hanya sekadar angka. Keberkahan ilmulah yang menjadi mimpinya.
Penulis: Nurlela, Mahasiswi Prodi Jurnalistik Islam IAIN Parepare
Editor: Mifda Hilmiyah