
OPINI; Lontara Paseng, Spirit Integrasi Budaya Etika Berilmu
Bugis menyebut guru “tangguru“, konon term ini bersumber dari tuan guru. Orang yang senantiasa melakukan transfer knowlege dan skill oleh masyarakat Bugis dipertuankan dan dihargai karena menaruh kepercayaan penuh terhadapnya sebagai pemberi panutan.
Konsep ini sebenarnya tidak berbeda dengan Islam. Terdapat beberapa term yang disimbolkan pada guru seperti:
- Mudarris (مدرس) dalam bahasa Arab berasal dari fi’il darasa (درس) yang artinya belajar. Kata ini berbentuk isim fa’il sehingga dapat dimaknai bahwa kapasitas guru di sini sebagai pengajar yang menerapkan metodologi pembelajaran.
- Mu’allim (معلم) berasal dari fi’il ‘allama (علم) artinya mengajarkan ilmu, menunjukkan arah, memandu dan penanda rambu. Kata ini berbentuk isim fa’il sehingga dapat dimaknai bahwa guru semestinya mentransfer, memandu dan memberikan rambu dalam penguasaan materi keilmuan.
- Mursyid (مرشد) berasal dari fi’il arsyada (ارشد) artinya menunjukkan. Kata ini berbentuk isim fa’il sehingga dapat dimaknai bahwa guru sejatinya memberi petunjuk.
- Murabbi (مربي) barasal dari fi’il rabba (رب) artinya mendidik, beternak, menanam dan memelihara. Kata ini berbentuk isim fa’il sehingga dimaknai bahwa guru sejatinya bertanggung jawab penuh dalam mendidik, mengasuh, memelihara dan menanamkan ilmu buat muridnya.
- Maula (مولي) kata ini ditemukan dalam statement Sayyidina Ali karramallah wajhahu:
من علمك حرفا فهو موليك
Artinya;
Siapa yang mengajarimi satu huruf maka ia adalah gurumu.
Secara leksikal kata ini berasal dari fi’il aula (اولي) berarti memimpin dan menguasai sehingga guru sejatinya menjadi public figure dalam mengorganisir proses pembelajaran.
Integrasi budaya intelektual antara etika Bugis dan Islam seharusnya dipertahankan dan dipelihara dari dekonstruksi nilai, yang berdampak pada perubahan drastis atas peradaban bangsa. Guru dalam pemaknaan bahasa, secara etis memang harus dimuliakan dan dihargai karena mereka merupakan titik kordinat dari ketersambungan sanad keilmuan. Bugis berpesan “iamitu riaseng mabbarakka paddissengengta idi gurue ko narupa mupi anak gurue“. Artinya, ilmu seorang guru yang telah diberikan, akan berberkah jika guru itu masih dikenali muridnya. (*)